Jumat, 30 Desember 2011

Tikus



Tikus merusak tanaman padi padasemua fase tumbuh dari semai hingga panen,bahkan sampai penyimpanan. Kerusakan parahterjadi jika tikus menyerang padi pada fasegeneratif, karena tanaman sudah tidak mampumembentuk anakan baru. Pada serangan berat,tikus merusak tanaman padi mulai dari tengahpetak, meluas ke arah pinggir, dan menyisakan 1-2baris padi di pinggir petakan (Gb. 14A).Tikus menyerang padi pada malam hari. Padasiang hari, tikus bersembunyi dalam sarangnya ditanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dandi daerah perkampungan dekat sawah. Padaperiode bera, sebagian besar tikus bermigrasi kedaerah perkampungan dekat sawah dan akankembali lagi ke sawah setelah pertanaman padimenjelang generatif. Kehadiran tikus pada daerahpersawahan dapat dideteksi dengan memantaukeberadaan jejak kaki (foot print ), jalur jalan (run way ), kotoran/faeces, lubang aktif, dan gejalaserangan.Tikus sangat cepat berkembang biak dan hanyaterjadi pada periode padi generatif. Dalam satumusim tanam, satu ekor tikus betina dapatmelahirkan 80 ekor anak. Pengendalian tikusdilakukan melalui pendekatan PHTT (PengendalianHama Tikus Terpadu), yaitu pengendalian yangdidasarkan pada biologi dan ekologi tikus, dilakukansecara bersama oleh petani sejak dini (sejak sebelum tanam), intensif dan terus-menerus,memanfaatkan berbagai teknologi pengendalianyang tersedia, dan dalam wilayah sasaranpengendalian skala luas.

Pada awal musim, pengendalian tikusditekankan untuk menekan populasi awal tikus, yangdilakukan melalui gropyok masal, sanitasi habitat,pemasangan TBS (Trap Barrier System ) dan LTBS,pemasangan bubu perangkap pada pesemaian (Gb.15).TBS merupakan pertanaman padi yang ditanam3 minggu lebih awal, berukuran minimal (20x20) m,dipagar dengan plastik setinggi 60 cm yangditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak 1 m,memiliki bubu perangkap pada setiap sisi pagarplastik dengan lubang menghadap keluar, dandilengkapi dengan tanggul sempit sebagai jalanmasuk tikus. TBS dikelilingi parit dengan lebar 50 cmyang selalu tergenang air untuk mencegah tikusmenggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerjaTBS adalah menarik tikus dari lingkungan sawah disekitarnya (hingga radius 200 m) karena tikus tertarik padi yang ditanam lebih awal dan bunting lebihdahulu, sehingga dapat mengurangi populasi tikussepanjang pertanaman.LTBS (Gb. 16) merupakan bentangan pagarplastik sepanjang > 100 m, dilengkapi bubuperangkap pada kedua sisinya secara berselang-seling agar mampu menangkap tikus dari dua arah(habitat dan sawah). Pemasangan LTBS dilakukan didekat habitat tikus seperti tepi kampung, sepanjangtanggul irigasi, dan tanggul/pematang besar. LTBS juga efektif menangkap tikus migran, yaitu denganmemasang LTBS pada jalur migrasi yang dilaluitikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubuperangkap.Fumigasi (Gb. 17) paling efektif dilakukan padafase generatif, saat sebagian besar tikus beradadalam lubang untuk reproduksi. Metode ini efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalamlubangnya. Rodentisida sebaiknya hanya digunakansaat populasi tikus sangat tinggi, dan hanya efektif pada periode bera dan fase awal vegetati

Walang sangit ( rice bug ) Leptocorisa oratorius (Fabricius)


Walang sangit (Gb. 11) merupakan hama yangumum merusak bulir padi pada fase pemasakan.Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butirangabah yang sedang mengisi. Apabila diganggu,serangga akan mempertahankan diri denganmengeluarkan bau. Selain sebagai mekanismepertahanan diri, bau yang dikeluarkan jugadigunakan untuk menarik walang sangit lain darispesies yang sama. Walang sangit merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga sampaimatang susu. Kerusakan yang ditimbulkannyamenyebabkan beras berubah warna dan mengapur,serta gabah menjadi hampa (Gb. 12).Hama ini dapat dikendalikan melalui beberapalangkah, seperti:

mengenendalikan gulma, baik yang ada disawah maupun yang ada di sekitar pertanaman;

meratakan lahan dengan baik dan memupuk tanaman secara merata agar tanaman tumbuhseragam;

menangkap walang sangit denganmenggunakan jaring sebelum stadiapembungaan;

mengumpan walang sangit dengan ikan yangsudah busuk, daging yang sudah rusak, ataudengan kotoran ayam;

menggunakan insektisida bila diperlukan dansebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hariketika walang sangit berada di kanopi.

Kepinding tanah ( black bug )


Scotinophara coarctata 
Pada ekosistem padi di Asia, terdapat duaspesies kepinding tanah, yaitu kepinding tanahMalaya,
Scotinophara 
(=Podops)
coarctata 
(Gb. 10)dan kepinding tanah Jepang Scotinophara(=Podops) lurida. Banyak lagi spesies yang miripkedua kepinding tanah tersebut, tetapikeberadaannya jarang mencapai jumlah yangmelimpah. Kedua jenis kepinding tanah ini seringmencapai jumlah berlimpah dan karenapengendalian dengan pestisida sulit dilakukan,hama ini sering menimbulkan kerugian besar.Pada siang hari, kepinding tua yang hitamcoklat mengkilat bergerombol di pangkal batangpadi, persis di batas genangan air pada siang hari.Pada malam hari mereka naik batang padi danmengisap cairan dari dalam jaringan tanaman.Selama musim kemarau, kepinding tanahmenghabiskan waktunya di belahan tanah-tanahyang ditumbuhi rumput. Kepinding tanah dapatterbang ke pertanaman padi dan berkembang biak dalam beberapa generasi. Mereka kembali ke fasedormannya setelah padi dipanen. Kepindingdewasa dapat berpindah menempuh jarak yang jauh. Kepinding dewasa tertarik pada sinar denganintensitas yang kuat dan penangkapan tertinggidiperoleh pada saat bulan purnama.Pengisapan cairan oleh kepinding tanahmenyebabkan warna tanaman berubah menjadicoklat kemerahan atau kuning. Buku pada batangmerupakan tempat isapan yang disukai karenamenyimpan bayak cairan. Pengisapan oleh
kepinding tanah pada fase anakan, menyebabkan jumlah anakan berkurang dan pertumbuhanterhambat (kerdil). Apabila serangan terjadi setelahfase bunting, tanaman menghasilkan malai yangkerdil, eksersi malai yang tidak lengkap, dan gabahhampa. Dalam kondisi populasi kepinding tinggi,tanaman yang dihisap dapat mati atau mengalami
bugburn 
, seperti
hopperburn 
oleh wereng coklat.Kepinding tanah dapat dikendalikan dengancara:
membersihkan lahan dari berbagai gulma agarsinar matahari dapat mencapai dasar kanopitanaman padi,
menanam varietas padi berumur genjah, untuk menghambat peningkatan populasi kepindingtanah

Wereng hijau( green leafhopper )



Nephottetix virescens N. nigropictus N. cinticeps N. malayanus 

Peran wereng hijau (WH) (Gb. 9) dalam sistempertanaman padi menjadi penting oleh karena WHmerupakan vektor penyakit tungro, yang merupakansalah satu penyakit virus terpenting di Indonesia.Kemampuan WH sebagai penghambat dalam sistempertanian padi sangat tergantung pada penyakitvirus tungro.Sebagai hama, WH banyak ditemukan padasistem sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan,tetapi tidak lazim pada ekosistem padi gogo. WHmenghisap cairan dari dalam daun bagian pinggir,tidak menyukai pelepah, ataupun daun-daun bagiantengah. WH menyebabkan daun-daun padi berwarnakuning sampi kuning oranye, penurunan jumlahanakan, dan pertumbuhan tanaman yang terhambat(memendek). Pemupukan unsur nitrogen yang tinggisangat memicu perkembangan WH.WH umumnya dikendalikan dalam satu paketdengan pengendalian tungro. Dianjurkan untuk menanam varietas tahan tungro seperti TukadPetanu, Kalimas, dan Bondoyudo, dan penggunaaninsektisida. Beberapa insektisida efektif, terutamayang berbahan aktif BPMC, bufrezin, imidkloprid,karbofuran, MIPC, atau tiametoksam

Wereng coklat( brown planthopper -BPH) Nilaparvata lugens (Stal)


Wereng coklat menjadi salahsatu hama utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1970-an. Ini merupakankonsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi(varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi,penerapan IP>200, dsb). Penggunaan pestisida yangmelanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepatdosis, dan tepat waktu aplikasi) turut memiculedakan wereng coklat. Tergantung pada tingkatkerusakan, serangan wereng coklat dapatmeningkatkan kerugian hasil padi dari hanyabeberapa kuintal gabah sampai puso. Selain itu,WCk juga merupakan vektor penyakit virus kerdilrumput dan kerdil hampa.Dengan menghisap cairan dari dalam jaringanpengangkutan tanaman padi, WCk dapatmenimbulkan kerusakan ringan sampai berat padahampir semua fase tumbuh, sejak fase bibit,anakan, sampai fase masak susu (pengisian). GejalaWCk pada individu rumpun dapat terlihat dari daun-daun yang menguning, kemudian tanamanmengering dengan cepat (seperti terbakar). Gejalaini dikenal dengan istilah
hopperburn 
. Dalam suatuhamparan, gejala
hopperburn
 
terlihat sebagaibentuk lingkaran (Gb. 8), yang menunjukkan polapenyebaran WCk yang dimulai dari satu titik,kemudian meyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. Dalam keadaan demikian, populasi WCk biasanya sudah sangat tinggi.
78
WCk dapat dikendalikan dengan varietas tahan.Penanaman padi dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pergiliran varietas, dan insektisida jugaefektif untuk mengendalikan hama ini. Varietastahan WCk, tergantung pada biotipe yangberkembang di suatu ekosistem . Daerah-daerahendemik WCk biotipe1, dapat menanam, antara lain,varietas Memberamo, Widas, dan Cimelati; untuk biotipe 2 dan 3, Memberamo, Cigeulis dan Ciapus(lihat Daftar Varietas Unggul Padi pada CD ROMBank Informasi Teknolog Padi).Berbagai insektisida yang efektif antara lainyang berbahan aktif amitraz, bupofresin, beauveriabassiana 6.20x10
10
cfu/ml, BPMC, fipronil,amidakloprid, karbofuran, karbosulfan, metolkarb,MIPCI, propoksur, atau tiametoksan.

Penggerek Batang

           
Scirpophaga incertulas  (Penggerek batang kuning)(Gb 1),

S. innotata (Penggerek batang putih) (Gb. 2)

 Chilo suppressalis (Penggerek batang bergaris) (Gb. 3)

Penggerek batang termasuk hama palingpenting pada tanaman padi yang seringmenimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasilyang tinggi. Di lapang, keberadaan hama ini ditandaioleh kehadiran ngengat (kupu-kupu) (Gb. 1, 2, dan3), kematian tunas-tunas padi (sundep,
dead heart 



(Gb. 4), kematian malai (beluk,white head ) (Gb. 5),dan ulat (larva )

.Hama ini dapat merusak tanaman pada semuafase tumbuh, baik pada saat di pembibitan, faseanakan, maupun fase berbunga. Bila seranganterjadi pada pembibitan sampai fase anakan, hamaini disebut sundep dan jika terjadi pada saatberbunga, disebut beluk.Sampai saat ini belum ada varietas yang tahanpenggerek batang. Oleh karena itu gejala seranganhama ini perlu diwaspadai, terutama padapertanaman musim hujan. Waktu tanam yang tepat,merupakan cara yang efektif untuk menghindariserangan penggerek batang. Hindari penanamanpada bulan-bulan Desember-Januari, karena suhu,kelembaban, dan curah hujan pada saat itu sangatcocok bagi perkembangan penggerek batang,sementara tanaman padi yang baru ditanam, sangatsensitif terhadap hama ini. Tindakan pengendalianharus segera dilakukan, kalau > 10% umpunmemperlihatkan gejala sundep atau beluk.Insektisida yang efektif terhadap penggerek 

Gejala beluk.Gejala sundep.Larva penggerek batangpadi bergaris.Ngengatpenggerekbatang padikuning.Ngengat penggerekbatang padi putih.Ngengatpenggerekbatang padibergaris.
batang tersedia di kios-kios sarana pertanian,terutama yang berbahan aktif: karbofuran,bensultap, karbosulfan, dimenhipo, amitraz, danfipronil. Sebelum menggunakan suatu produk pestisida, baca dan pahami informasi yang terterapada label. Kecuali untuk kupu-kupu yang banyak beterbangan, jangan memakai pestisida semprotuntuk sundep dan beluk.


Bagaimana Penanggulangan Hama dan Penyakit Padi?

Serangan hama dan penyakit padi cukup menonjol sejak awal masa pertumbuhan sampai dengan menjelang panen. Gejala serangan hama dan penyakit penting seperti penggerek batang, wereng coklat, wereng hijau, hawar daun bakteri (HDB), blas dan sebagainya, harus diwaspadai agar dapat dilakukan pengendalian secara tepat sehingga tidak menimbulkan kerusakan berat dan bahkan kehilangan hasil panen.
Untuk mengurangi kerugian dari gangguan hama dan penyakit perlu ada strategi pengendalian yang betul-betul terencana. Untuk mengurangi gangguan penyakit blas, misalnya perlu  dipilih varietas yang tahan dan sistem tanam multi varietas atau mozaik varietas agar penyebaran dalam waktu singkat dapat dikurangi seperti varietas Celebes, Silugonggo. Sedangkan untuk hama wereng dan beberapa penyakit tertentu, perlu menggunakan varietas yang tahan seperti varietas Cisadane, Cisokan, Ciliwung, dll. Untuk mengurangi serangan hama yang muncul di lapangan perlu melakukan monitoring agar keberadaan hama sejak dini dapat diketahui dan bila perlu dilakukan pengendalian dengan aplikasi pestisida.
Sebagai contoh penyakit HDB, ini merupakan penyakit bakteri yang tersebar luas dan dapat menurunkan hasil sampai 36%. Penyakit dapat berjangkit pada musim hujan atau musim kemarau yang basa, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang. Gejala awal yang ditunjukkan adalah timbulnya bercak abu-abu kekuningan umumnya pada tepi daun. Dalam perkembangannya, gejala akan meluas membentuk hawar dan akhirnya mengering. Bakteri ini sangat mudah menyebar, dengan bantuan angin, gesekan antar daun dan percikan air hujan. Penyakit HDB secara efektif dikendalikan dengan menanam varietas yang tahan seperti Code dan Angke dengan menggunakan pupuk NPK dalam dosis yang tepat. Bila memungkinkan, hindari penggenangan yang terus menerus, misalnya 1 hari digenangi dan 3 hari dikeringkan.
Dalam rangka mendukung program peningkatan produksi beras nasional (P2BN), informasi ini sangat membantu para pengamat hama dan penyakit tanaman pangan, penyuluh maupun petani untuk menambah pengetahuan, sehingga apabila di lapangan ditemukan permasalahan tentang hama dan penyakit tanaman padi, segera dapat diantisipasi dan dilakukan penanggulangannya.
Hama Penyakit Padi